Wednesday 27 November 2013

Jadikan kehidupan yang berarti

Berapa umur anda saat ini?

  25 tahun, 35 tahun, 45 tahun atau bahkan 60 tahun...
  Berapa lama anda telah melalui kehidupan anda?
  Berapa lama lagi sisa waktu anda untuk menjalani kehidupan?
   
  Tidak ada seorang pun yang tahu kapan kita mengakhiri hidup ini.
   
  Matahari terbit dan kokok ayam menandakan pagi telah tiba.
   
  Waktu untuk kita bersiap melakukan aktivitas, sebagai karyawan, sebagai
  pelajar, sebagai seorang profesional, dll.
  Kita memulai hari yang baru. Macetnya jalan membuat kita semakin tegang
  menjalani hidup.
   
  Terlambat sampai di kantor, itu hal biasa.
   
  Pekerjaan menumpuk, tugas dari boss yang membuat kepala pusing, sikap anak
  buah yang tidak memuaskan, dan banyak problematika pekerjaan harus kita
  hadapi di kantor.
   
  Tak terasa, siang menjemput..."
  Waktunya istirahat..makan-makan.." Perut lapar, membuat manusia sulit
  berpikir.
   
  Otak serasa buntu.
  Pekerjaan menjadi semakin berat untuk diselesaikan.
  Matahari sudah berada tepat diatas kepala. Panas betul hari ini...
  Akhirnya jam istirahat selesai, waktunya kembali bekerja...
   
  Perut kenyang, bisa jadi kita bukannya semangat bekerja malah ngantuk.
  Aduh tapi pekerjaan kok masih banyak yang belum selesai.
   
  Mulai lagi kita kerja, kerja dan terus bekerja sampai akhirnya terlihat di
  sebelah barat...
  Matahari telah tersenyum seraya mengucapkan selamat berpisah.
  Gelap mulai menjemput.
  Lelah sekali hari ini.
  Sekarang jalanan macet.
  Kapan saya sampai di rumah.
  Badan pegal sekali, dan badan rasanya lengket.
  Nikmatnya air hangat saat mandi nanti. Segar segar...
   
  Ada yang memacu kendaraan dengan cepat supaya sampai di rumah segera, dan
  ada yang berlarian mengejar bis kota bergegas ingin sampai di rumah.
   
  Dinamis sekali kehidupan ini.
  Waktunya makan malam tiba.
  Sang istri atau mungkin Ibu kita telah menyiapkan makanan kesukaan kita.
   
  "Ohh..ada sop ayam" .
  "Wah soto daging buatan ibu memang enak sekali".
   
  Suami memuji masakan istrinya, atau anak memuji masakan Ibunya.
  Itu juga kan yang sering kita lakukan.
  Selesai makan, bersantai sambil nonton TV.
  Tak terasa heningnya malam telah tiba.
  Lelah menjalankan aktivitas hari ini, membuat kita tidur dengan lelap.
  Terlelap sampai akhirnya pagi kembali menjemput dan mulailah hari yang baru
  lagi.
   
  Kehidupan... ya seperti itu lah kehidupan di mata sebagian besar orang.
   
  Bangun, mandi, bekerja, makan, dan tidur adalah kehidupan.
   
  Jika pandangan kita tentang arti kehidupan sebatas itu, mungkin kita tidak
  ada bedanya dengan hewan yang puas dengan bisa bernapas, makan, minum,
  melakukan kegiatan rutin, tidur. Siang atau
  malam adalah sama. Hanya rutinitas...sampai akhirnya maut menjemput.
   
  Memang itu adalah kehidupan tetapi bukan kehidupan dalam arti yang luas.
  Sebagai manusia jelas kita memiliki perbedaan dalam menjalankan kehidupan.
   
  Kehidupan bukanlah sekedar rutinitas.
   
  Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencurahkan potensi diri kita untuk
  orang lain.
   
  Kehidupan adalah kesempatan untuk kita berbagi suka dan duka dengan orang
  yang kita sayangi.
   
  Kehidupan adalah kesempatan untuk kita bisa mengenal orang lain.
   
  Kehidupan adalah kesempatan untuk kita melayani setiap umat manusia.
   
  Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencintai pasangan kita, orang tua
  kita, saudara, serta mengasihi sesama kita.
   
  Kehidupan adalah kesempatan untuk kita belajar dan terus belajar tentang
  arti kehidupan.
   
  Kehidupan adalah kesempatan untuk kita selalu mengucap syukur kepada Yang
  Maha Kuasa .. Kehidupan adalah ... dll.
   
  Begitu banyak Kehidupan yang bisa kita jalani.
   
  Berapa tahun anda telah melalui kehidupan anda ?
   
  Berapa tahun anda telah menjalani kehidupan rutinitas anda?
   
  Akankah sisa waktu anda sebelum ajal menjemput hanya anda korbankan untuk
  sebuah rutinitas belaka ?
   
  Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput, mungkin 5 tahun lagi, mungkin 1
  tahun lagi, mungkin sebulan lagi,mungkin besok, atau mungkin 1 menit lagi.
   
  Hanya Tuhanlah yang tahu...
   
  Pandanglah di sekeliling kita... ada segelintir orang yang membutuhkan kita.
   
  Mereka menanti kehadiran kita.
  Mereka menanti dukungan kita.
  Orang tua, saudara, pasangan, anak, sahabat dan sesama......
   
  Selamat menjalani hidup yang lebih berkualitas....

Pasangan dari Tuhan (nice to read)

Pasangan dari Tuhan

Bertahun-tahun yang lalu, Aku berdoa kepada Tuhan untuk memberikan pasangan hidup, "Engkau tidak memiliki pasangan karena engkau tidak memintanya", Tuhan menjawab.

Tidak hanya Aku meminta kepada Tuhan, Aku menjelaskan kriteria pasangan yang kuinginkan. Aku menginginkan pasangan yang baik hati, lembut, mudah mengampuni, hangat, jujur, penuh dengan damai dan sukacita, murah hati, penuh pengertian, pintar, humoris, penuh perhatian. Aku bahkan memberikan kriteria pasangan tersebut secara fisik yang selama ini kuimpikan.

Sejalan dengan berlalunya waktu, Aku menambahkan daftar kriteria yang kuinginkan dalam pasanganku. Suatu malam, dalam doa, Tuhan berkata dalam hatiku," Hamba-Ku, Aku tidak dapat memberikan apa yang engkau inginkan."

Aku bertanya, "Mengapa Tuhan?" dan Ia menjawab, "Karena Aku adalah Tuhan dan Aku adalah Adil. Aku adalah Kebenaran dan segala yang Aku lakukan adalah benar."

Aku bertanya lagi, "Tuhan, aku tidak mengerti mengapa aku tidak dapat memperoleh apa yang aku pinta dari-Mu?"

Jawab Tuhan, "Aku akan menjelaskannya kepada-Mu. Adalah suatu ketidak-adilan dan ketidak benaran bagi-Ku untuk memenuhi keinginanmu karena Aku tidak dapat memberikan sesuatu yang bukan seperti engkau. Tidaklah adil bagi-Ku untuk memberikan seseorang yang penuh dengan cinta dan kasih kepadamu jika terkadang engkau masih kasar, atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi engkau masih kejam, atau seseorang yang mudah mengampuni; tetapi engkau sendiri masih suka menyimpan dendam, seseorang yang sensitif, namun engkau sendiri tidak..."

Kemudian Ia berkata kepadaku, "Adalah lebih baik jika Aku memberikan kepadamu seseorang yang Aku tahu dapat menumbuhkan segala kualitas yang engkau cari selama ini daripada membuat engkau membuang waktu mencari seseorang yang sudah mempunyai semuanya itu. Pasanganmu akan akan berasal dari tulangmu dan dagingmu, dan engkau akan melihat dirimu sendiri di dalam dirinya dan kalian berdua akan menjadi satu. 


Pernikahan adalah seperti sekolah, suatu pendidikan jangka panjang. Pernikahan
adalah tempat dimana engkau dan pasanganmu akan saling menyesuaikan diri dan tidak hanya bertujuan untuk menyenangkan hati satu sama lain, tetapi untuk menjadikan kalian manusia yang lebih baik, dan membuat suatu kerjasama yang solid. Aku tidak memberikan pasangan yang sempurna karena engkau tidak sempurna. Aku memberikanmu seseorang yang dapat bertumbuh bersamamu."

Ini untuk: yang baru saja menikah, yang sudah menikah, yang akan
menikah, dan yang sedang mencari...:)

Merawatmu di Usia Senja

Merawatmu di Usia Senja

Robertson McQuilkin mengundurkan diri dari kedudukannya sebagai rektor di Universitas Internasional Columbia dengan alasan merawat istrinya Muriel yang sakit alzheimer, yaitu gangguan fungsi otak. Muriel sudah seperti bayi,tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan untuk makan,mandi dan buang airpun ia harus dibantu.

Robertson memutuskan untuk merawat istrinya dgn tangannya sendiri,karena Muriel adalah wanita yg sangat istimewa baginya.

Pernah suatu kali ketika Robertson membersihkan lantai bekas ompol Muriel dan di luar kesadaran, Muriel malah menyerakkan air seninya sendiri, sehingga Robertson kehilangan kendali emosinya. Ia menepis tangan Muriel dan memukul betisnya, guna menghentikannya. Setelah itu Robertson menyesal dan berkata dalam hatinya, "Apa gunanya saya memukulnya,walaupun tidak
keras, tetapi itu cukup mengejutkannya.

Selama 44 tahun kami menikah,saya belum pernah menyentuhnya karena marah, namun kini di saat ia sangat membutuhkan saya,saya memperlakukannya demikian. Ampuni saya, ya Tuhan." Tanpa peduli apakah Muriel mengerti atau tidak, Robertson meminta maaf atas hal yang telah dilakukannya.

Pada tanggal 14 Februari 1995, hari itu adalah hari istimewa untuk
Robertson dan Muriel, karena pada tanggal itu di tahun 1948, Robertson melamar Muriel. Pada hari istimewa itu Robertson memandikan Muriel, lalu menyiapkan makan malam dengan menu kesukaan Muriel.Menjelang tidur ia mencium dan menggenggam tangan Muriel lalu berdoa, "Tuhan yang baik, Engkau mengasihi Muriel lebih dari aku mengasihinya, karena itu jagalah kekasih hatiku ini sepanjang malam dan biarlah ia mendengar nyanyian malaikatMu.
Amin."

Pagi harinya, ketika Robertson berolahraga dengan menggunakan
sepeda  statisnya,Muriel terbangun dari tidurnya. Ia berusaha untuk
mengambil posisi yang nyaman, kemudian melempar senyum manis kepada Robertson. Untuk pertama kalinya setelah selama berbulan-bulan Muriel tidak pernah berbicara, memanggil Robertson dengan suara yang lembut dan bening, "Sayangku ... sayangku ..." Robertson melompat dari sepedanya dan segera memeluk wanita yang sangat dikasihinya itu. "Sayangku, kau benar2 mencintaiku bukan ?" tanya Muriel. Setelah melihat anggukan dan senyum
diwajah Robertson, Muriel berbisik, "Aku bahagia !" Itulah kata-kata terakhir yang diucapkan Muriel kepada Robertson.

Memelihara dan membahagiakan orang-orang yang berarti dalam hidup kita adalah suatu ibadah di hadapan Tuhan. Mengurus suami atau isteri yang sudah tidak berdaya adalah suatu perbuatan yang mulia. Mengurus ayah/ibu atau mertua adalah tugas anak ataupun menantu. Mengurus kakek atau nenek yang sudah renta dan pikun juga adalah tanggung jawab para cucu. Jangan abaikan mereka yang telah renta, apalagi ketika mereka sudah tidak bisa berbuat apa2 lagi. Peliharalah mereka dengan kesabaran dan penuh kasih



Source: Unknown (Tidak Diketahui)

Tuesday 26 November 2013

blame and fault (& mistakes)

>Sometimes we spend time asking who is responsible or who to blame, whether in a relationship, in a job or with the people we know. We miss out some warmth in human relationship to give each other support. Treasure what you have. Just a little story for you.
>
>A boy was born to a couple after eleven years of marriage. They were a loving couple and the boy was the apple of their eyes. When the boy was around two years old,one morning the husband saw a medicine bottle open. He was late for work so he asked the wife to cap the bottle and keep it in the cupboard. The mother, preoccupied in the kitchen totally forgot the matter. The boy saw the bottle and playfully went to the bottle and, fascinated with its color, drank it all.


>It happened to be poisonous medicine meant for adults in small dosages. 


>When the child collasped, the mother hurried him to the hospital, where he died.
>
>The mother was stunned. She was terrified how to face her husband. When the distraught father came to the hospital and saw the dead child, he looked at his wife and uttered just four words.
>
>QUESTIONS :
>1.  What were the four words ?
>2.  What  is the implication of this story ?
>Pls think of the four words that you as husband
>would say.......
>
>Pls scroll down......
>
>
>ANSWER :The husband just said "I Love You Darling"
>
>The husband's totally unexpected  reaction is proactive behavior. The child is dead. He can never
>be brought back to life. There is no point in finding fault with the mother. Besides, if only he have taken time to keep the bottle away,  this will not happened. No point to blame. She had also lost her only child. 


>What she needed at that moment was consolation and sympathy from the husband. That is what he gave her.
>
>If everyone can look at life with this kind of perspective, there would be much fewer problems in the world.

>To be happy with a man you must understand him a lot and love him a little.
>
>To be happy with a woman you must understand her a lot and love her with all your heart.
>
>"A journey of a thousand miles, begins with but with a single step."
>
>Take off all your envies, jealousies, unforgiveness, selfishness, and fears
>AND you will find things are actually not so difficult as you think."
>

lucu ya.....(malu hati jadinya)

UNTUK KITA RENUNGKAN........INSYA ALLAH BERMANFAAT!!

Lucu ya,
        uang Rp 20,000an kelihatan begitu besar bila dibawa ke kotak amal
        mesjid, tapi begitu kecil bila kita bawa  ke supermarket...

       
        Lucu ya,
        45 menit terasa terlalu lama untuk berdzikir,
        tapi betapa pendeknya waktu itu
        untuk pertandingan liga Italy...

        Lucu ya,
        betapa lamanya 2 jam berada di Masjid,
        tapi betapa cepatnya 2 jam
        berlalu saat menikmati pemutaran
        film di bioskop...

        Lucu ya,
        susah merangkai kata untuk
        dipanjatkan saat berdoa atau sholat,
        tapi betapa mudahnya cari bahan
        obrolan bila ketemu teman...

        Lucu ya,
        betapa serunya perpanjangan waktu
        dipertandingan bola favorit kita,
        tapi betapa bosannya bila imam
        sholat Tarawih bulan Ramadhan kelamaan
        bacaannya...

        Lucu ya,
        susah banget baca Al-Quran 1 juz saja,
        tapi novel best-seller 100
        halamanpun habis dilalap...

        Lucu ya,
        orang-orang pada berebut paling
        depan untuk nonton bola atau konser
        tapi berebut cari shaf paling
        belakang bila Jumatan agar bisa
        cepat keluar...

        Lucu ya,
        kita perlu undangan pengajian 3-4
        minggu sebelumnya agar bisa disiapkan di
        agenda kita,
        tapi untuk acara lain jadwal kita
        gampang diubah seketika...

        Lucu ya,
        susahnya orang mengajak
        partisipasi untuk dakwah,
        tapi mudahnya orang
        berpartisipasi menyebar gossip...

        Lucu ya,
        kita begitu percaya pada yang
        dikatakan koran,
        tapi kita sering mempertanyakan
        apa yang dikatakan Al Quran...

        Lucu ya,
        semua orang pinginnya masuk surga
        tanpa harus beriman, berpikir,
        berbicara ataupun melakukan
        apa-apa...

        Lucu ya,
        kita bisa ngirim ribuan jokes
        lewat email,
        tapi bila ngirim yang berkaitan
        dengan ibadah sering mesti
        berpikir dua-kali...

        LUCU YA ?!!
       
        "Dan sampaikanlah berita gembira
        kepada orang-orang mu'min bahwa
        sesungguhnya bagi mereka karunia
        yang besar dari Allah." (QS.  33:47)

TAK TAHU AKU APA JATI DIRIKU KINI (Puisi Pak Taufiq Ismail)

Swbagai bahan renungan....
> >
> >
> >TAK TAHU AKU APA JATI DIRIKU KINI
> >
> >TAUFIQ ISMAIL
> >
> >Kita hampir paripurna jadi bangsa porak poranda, terbungkuk dibebani hutang dan merayap melata sengsara didunia.Pengganggur 40 juta orang, anak-anak tak bisa bersekolah 11 juta murid, pecandu narkoba 6 juta, pengungsi 1 juta, VCD koitus 20 juta keeping, beban hutang dibahu 160 trilyun dan kriminalitas merebak disetiap tikunggan jalan,
> >
> >Sebagai bangsa kita dibelah dan dipecah, tiang hukum berdiri goyah, represi opini dulu 39 tahun lamanya kini jadi lepas bablas, massa mudah marah, gampang membakar, dan ringan membunuh. Harga semua barang naik. Harga yang turun dan murah masih ada satu, yaitu harga nyawa.


> >Dalam semua hal Indonesia sudah mirip neraka, dan sorga satu-satunya yang kita miliki adalah sorga pornografi piring cakram vcd bajakan di dunia,
> >
> >Batas halal dan haram di negri kita sudah tidak jelas, seperti benang hitam terbentang di hutan gelap jam satu malam. Bergerak ke kiri ketabrak copet, bergerak ke kanan kesenggol jambret, jalan di depan dikuasai maling, yang di belakang tukang peras, yang di atas tukang tindas. Untuk bisa bertahan berakal waras saja di Indonesia kini, sudah untung,
> >
> >Pergelanggan tangan dan kaki Indonesia diborgol di ruang tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya, dan dipunggung kita kaos oblong dicap sablon besar-besar: Tahanan IMF dan Bank Dunia. Kita sudah jadi bangsa kuli dan babu di dunia, diusir pula di tangga pelabuhan terapung-apung di lautan,
> >
> >Kita sudah tidak merdeka lagi. Indonesia sudah masuk ke dalam masa kolonialisme baru, dengan penjajah yang banyak negara sekaligus,
> >
> >Nilai-nilai luhur telah luluh lantak, berkeping-keping dan hancur, berserakan di kubangan Lumpur,
> >
> >Kening saya mungkin masih ingin jadi cermin keimanan, tapi sepatu dan celana saya terbenam dan terpecik lumpur tipu-menipu,
> >
> >Hati saya rindu pada nilai keterus-terangan, tapi setiap hari saya terus berdusta, langsung dan tak langsung, di belakang orang dan bermuka-muka,
> >
> >Nilai ketertiban ingin saya tegakkan, tapi bila lampu merah di simpang jalan menyala, dan mobil-mobil di belakang saya bising dengan klaksonnya, saya pun melanggar lampu merah itu tampa rasa bersalah,
> >
> >Nilai sedekah saya hitung dengan akuntansi pahala dan publikasi media massa. Kalau sumbangan saya tidak mendapat di halaman depan atau diliput kamera tayangan berita, sifat ingin menonjol saya tidak sudi dikorbankan,
> >
> >Nilai ikhlas dalam beramal, saya campur-adukkan dengan sifat riya', karena saya gemar benar mengatakan dan menunjukkan kepada teman-teman saya, bahwa saya pemegang medali emas, pemenang nomer satu dalam olimpiade keikhlasan,
> >
> >Nilai kejujuran saya tegakan mati-matian utnuk seluruh bangsa, tapi kalau kawan-kawan menawarkan proyek dengan mark-up setinggi pohon kelapa, atau apa saja sepak-terjang yang melibatkan pemasukan uang, demi ideologi nilai kejujuran itu saya skors sementara,
> >
> >Nilai kerja-keras bercucuran peluh selalu saya ajarkan kepada anak-cucu-kemenakan saya, tapi sebenarnya dalam praktek sehari-hari jalan memotong yang saya kerjakan, dan itu saya sembunyikan,
> >
> >Nilai menghargai nyawa manusia, heran sekali saya, pudar dalam diri saya. Melihat anak muda dipukuli massa, lembam-lembam, berdarah-darah tak berdaya, karena ketahuan melarikan motor bukan miliknya, kemudian tergeletak sebagai mayat, saya tidak haru lagi seperti lima tahun yang lalu. Saya pergi saja dari kerumunan massa yang pemarah itu, yang tak bertanya a atau u,
> >
> >Saya sudah kebal. Saya sudah kebal.
> >
> >Kemudian sore ini saudara saya bertanya pada saya, bagaimana jati diri saya ?
> >
> >Saya beberapa detik memandang saudara. Ini mengejek, menyindir, menusuk perasaan, atau apa ?
> >
> >Lihat saja sepatu saya berkubang Lumpur, celana saya terpecik Lumpur bercampur air selokan kumuh, wajah saya keruh, pusat susunan syaraf saya berlumpur, hati saya berbalut Lumpur. Cukup ?
> >
> >Sekarang tolong saya membersihkan ini semua. Tolong. Jangan saya beri teori, dikuliahi itu dan ini, dinasihati dengan petuah-petuah zaman kiwari. Cukup, cukup, cukup.
> >
> >Telanjangi saya sekarang dan mandikan saya bersih-bersih. Tolong.
> >
> >25.3.


Sunday 17 November 2013

Lot and Lot of Trouble (and Blessing) Lately

The title says it all. Haven't written on my own for a long time. Mostly editing and re-posting other people's writing. So, i came upon these this last week. One from hearing the Roja radio, and the other from watching Yusuf Mansyur led episode of Damai Indonesiaku at TV1.

Here's what i've gotten:

  1. A Faithful Servant Is A Mirror To Her/His Sisters And Brothers
    We all surely have looked for our own reflection in mirror throughout our entire life, haven't we? We looked for either beauty, handsomeness, or deficiency of it on our own outlook, on the mirror(s). Whenever we see something ruining our images, we find it by looking at our own reflection and we readily mend it, either by make up, medicine, anything. After we find them by the assistance of mirror.
Why would we do such thing, mending our appearances, our outlook? Mostly because we want to look good before certain people we deem honourable, important, etc. Does it ever cross our mind, to look as good or even better in front of The Most Important Entity of all?

That's one thing about mirror. Then, who is our mirror in this life? It is none other but our own selves for each others. When we have some mis-demeanour in our outlook, will we be able to find them out ourselves without some other people pointing them for us? So goes the same, if we all live in the same way, the way pointed by God, The All Encompassing. If we all live in our own way, our own standard, then there's no way to remind each other about our flaws, mistakes, etc, since we all have different views on many, if not every thing. But then we'll end up neglecting each other, deeming it un-necessary to check and remind each other, however gravely dangerous a path taken by our fellow might be.

So, how's the nature of mirror? It is:
  • Does a mirror ever yell at the one looking at her/his own complexion before it? It simply reflexes frankly whatever presented before it. Simply showing the truth, no more no less. So too in such fashion we should act. We don't need to yell and swear foul words etc. Just “reflect back” whatever our sisters and brothers have on themselves. May by it they will see all in their own selves and know what to fix. Because of that humble, polite sincerity.
  • Does a mirror ever lied? Save for those funny mirrors at amusement park, mirror in its silence reflect only what is presented before them. So should we, explain back nothing else but the truth, only the truth, nothing but the truth.
  • Will a mirror ever be able to reflect honestly any image before it if it is dirty, un-kemp, cracked, and so on? So do we, need to keep ourselves clean, pure, body and soul, not cracked, not bent, crooked, etc, in order to be able to reflect anything clearly, cleanly, honestly.
  • When two or more people reflect each other, act as mirrors, remember, how fragile mirror actually is. If there's even the slightest crack on it, it will cease showing clean image of ourselves perfectly. And we do need mirror, just like others too. We need each other to remind and advise each other. So don't break the mirror. Don't break each other minds and hearts. Else, we'll end up cracked or even broken to pieces, no longer fully functioning well, be it for ourselves, not to mention for each others.

2. The Qur'an As Healing For Us All
The Most Compassionate Lord of ours has decreed in His book, the holy Qur'an, that the Qur'an itself also serves as a healing, medication, for illness of hearts. In certain cases, it even either fully or partially aid the healing of physical diseases. 

So, how beautiful it is, when a servant having calamity been placed upon her/himself, instead of moaning and complaining, especially to other creatures, recite the Qur'an, be it openly or inside their hearts. To rest all her/his sorrow with her/his Lord.

It is unspeakable to show, even to exert one's flaws and misfortune before other creatures simply to gain their sympathy, in hope that they will assist us. When we do need assistance, aid, it better be for doing something good we cannot carry all by our own selves. But before God, it is simply proper to cry to our hearts content, speaking all our sadness, flaws, mistakes, needs, wants, in hope that He will shower His mercy and love upon us.

Imam Bukhari relayed that the prophet saw. did teach to pray, more the less “heal us from any sickness, illness, with Your curing O our Lord, which leaves no trace of the very sickness, for Thou art the Highest Curer/Healer

It only deservedly and logically come to conclusion that whenever we take part in any form of medication which invoke anything beside Allah The Lord Most High, then it'd be equal to we commit blasphemy to Him and therefore infidelity.

Wednesday 13 November 2013

Islam Mataram dan Derita Muslim Indonesia

http://abisyakir.wordpress.com/2008/10/12/islam-mataram-dan-derita-muslim-indonesia/

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Sejak lama, bangsa kita tidak pernah bahagia. Bahagia hanya ada di ujung lidah, tidak terwujud dalam realitas sebenarnya. Selama ratusan tahun, 350 tahunan, bangsa kita berada di bawah kolonialisme asing (VOC, Belanda, Inggris, Jepang). Setelah merdeka kita berada dalam penderitaan di bawah kepemimpinan putra-putra pribumi. Zhahirnya merdeka, tetapi hakikatnya masih dijajah bangsa lain. Malah penjajahan era sekarang sangat dahsyat, sebab operatornya multi nasional.
Apa yang disebut kehidupan adil-makmur, gemah ripah loh jinawi, hanyalah fantasi, hanyalah mimpi untuk menina bodokan kesadaran bangsa ini. Kita tidak pernah sampai ke keadaan itu, sejak jaman kolonial sampai saat ini. Tidak usah jauh-jauh, sekedar setara dengan kondisi bangsa Malaysia saja, kita tidak mampu. Para pemimpin, cendekiawan, pakar, ulama, dll. kerja mereka hanya dan hanya membohongi Ummat dengan kata-kata manis, untuk menyembunyikan kebobrokan sebenarnya.
Saudaraku, disini saya akan mengajak Anda memahami latar-belakang penderitaan hidup kaum Muslimin Indonesia. Marilah kita jujur dalam berkata, tidak perlu berbasa-basi lagi, sampaikan kebenaran apa adanya, tidak perlu ditutup-tutupi. Agar, anak-anak kita nanti merasa memiliki teladan dalam pembelaan terhadap kebenaran, bukan terus-menerus ditipu oleh manusia-manusia berlidah manis, namun bengis hatinya. Ghafarallahu liy wa lakum wa lil Muslimina wal Muslimat. Amin.

Sebuah Fakta Sosial

Baru-baru ini permaisuri kraton Yogyakarta, Kanjeng Gusti Ratu (KGR) Hemas mendukung aksi penolakan terhadap RUU Pornografi dalam sebuah aksi demo di Bali, dihadiri sekitar 5000 orang. (Jawa Pos, 12 oktober 2008, hal. 4). Jauh-jauh Hemas datang untuk mendukung penolakan terhadap RUU Pornografi. Dalam aksi itu Hemas berorasi, “Di Jogja bulat menolak. Itu dilakukan lewat kraton. Sikap ini perlu disuarakan lagi agar penolakan lebih meluas dan banyak. Jika sampai diterapkan akan merugikan dan merusak tatanan bangsa.” Perlu diketahui, Hemas ini termasuk anggota DPD juga.
Lebih keras lagi, Hemas berkata, “Ini memang harus ditolak dan ditolak. Mari lawan RUU Pornografi sampai kapan pun.”

Sementara itu, Franky Sahilatua, yang bernyanyi di acara itu, sebelum memulai lagunya, dia mengatakan, “RUU Pornografi seperti serigala berbulu domba. Luarnya domba, dalamnya serigala. Jika dibiarkan lolos, kebudayaan Indonesia akan habis dimakan dengan kasarnya bak serigala.” Kata-kata Franky mendapat applaus luas dari massa peserta aksi. Begitu, kata Jawa Pos.
Aneh sekali, Hemas dan Franky ini. Mencegah pornografi kan sama saja dengan menyelamatkan kaum wanita dari penindasan oleh tangan-tangan kejam. Tapi aneh, malah ditolak. Mereka bilang, RUU itu bisa membahayakan keutuhan bangsa. Dulu, di jaman Orde Baru tidak ada pornografi-pornografi gila itu, apakah negara hancur, kebudayaan mati? Dulu pornografi dilarang keras, anak pelajar membawa novel-novel cabul saja bisa disita dan diberi peringatan keras. Di negara manapun, menyelamatkan moral itu tidak membahayakan negara, atau merongrong kesatuan, tetapi justru memperkuat bangsa itu sendiri.

Sebenarnya, orang-orang itu perlu jujur mengatakan. Mereka ingin menyelamatkan industri pornografi, industri seks (prostitusi), iklan-iklan rusak di TV, baliho-baliho rusak di jalan-jalan, dan segala macam industri yang berhubungan dengan keseksian tubuh wanita. Hanya itu tujuan mereka, tapi ngomongnya aneh-aneh, sok pintar. Justru mereka yang “serigala berbulu domba”; ngomongnya tinggi-tinggi, padahal tujuannya menyelamatkan bisnis esek-esek. Na’udzubillah min dzalik.
Saya tidak percaya, orang seperti Hemas layak disebut Kanjeng Gusti Ratu (KGR). Kanjeng gusti apane? Malah mendukung kampanye moral bejat (anti RUU Pornografi). Ini sih bukan sikap KGR, tapi lebih dekat dengan sifat-sifat setan yang menikam moral manusia yang luhur.

Sebab Kejayaan Bangsa

Kejayaan sebuah bangsa itu tergantung komitmennya terhadap keimanan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tidak ada pilihan lain, selain itu. Dalam Al Qur’an, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Al A’raf: 96).

Hal ini sudah rumus yang pasti, sunnatullah, berlaku secara presisi, tidak bergeser walau setipis rambut dibelah tujuh. Demikian adanya, kalau mau negara yang adil-makmur, harus ditegakkan keimanan dan takwa. Kalau mau sengsara, silakan cari jalan yang lain.

Memang, suatu bangsa bisa hidup dengan tingkat kesejahteraan ekonomi tinggi, meskipun tidak beriman dan bertakwa. Tetapi syaratnya banyak, antara lain:
(1) Dia harus bekerja meraih kesejahteraan itu dengan mati-matian. Tubuh dan kehidupan mereka harus dipakai seperti mesin, bahkan lebih kejam dari itu. Hal ini terjadi seperti di negara Jepang, Korea Selatan, atau Taiwan. Mereka maju, tapi spiritual hancur.
(2) Dia harus menegakkan keadilan seadil-adilnya, tidak pilih kasih, tidak memanipulasi hukum, tidak mendahulukan orang kaya ketimbang orang miskin. Semua orang diperlakukan secara adil, setara, tidak ada kezhaliman. Bangsa Eropa termasuk yang memiliki komitmen terhadap masalah keadilan ini, meskipun kekurangan dan kelemahan ada disana-sini.
(3) Dia harus menindas dan menjajah bangsa-bangsa lain yang lemah, serta menipu mereka agar bisa menguasai kekayaannya. Ini cara kasar, tapi banyak dipakai. Ini cara Mafia untuk hidup sejahtera dengan modal pistol, menembak kepala, menggarong, merampok, jualan narkoba, judi, prostitusi, dst. Kaya memang, tapi moral bejat, maka hidup pun bejat. Dalam banyak hal, Amerika lebih mirip dengan model seperti ini.
(4) Bagaimanapun juga, apa yang didapatkan negara yang memenuhi syarat-syarat di atas, hanya kekayaan materi, hilangnya kebahagiaan batin, lenyapnya harmoni, sakinah, dan kedamaian jiwa. Mereka lapang secara materi, tetapi hancur secara moral-spiritual.

Nah, itu syaratnya. Bisa saja sebuah bangsa makmur tanpa keimanan dan takwa, tetapi harus membayar syarat-syarat seperti di atas. Indonesia sendiri, dari sisi kerja keras kurang, dari sisi keadilan tidak, dari sisi hegemoni internasional ya lemah, jadi mau berharap apa? Lihatlah China dan India, dari sisi agama mereka jauh-jauh sekali. Tetapi karena mereka memenuhi sebagian syarat di atas, Allah Maha Bijaksana, Dia berikan hasil dari kerja keras mereka. Masak sih kerja keras manusia tidak dihargai?

Seharusnya, kalau Ummat Islam Indonesia ingin maju, mereka harus memiliki kualitas keimanan dan ketakwaan yang tinggi, sehingga karena hal itu, Allah mendahulukan keberpihakan-Nya kepada kita daripada kepada bangsa-bangsa kafir tetapi pekerja keras itu. Tetapi karena negeri ini iman pas-pasan, takwa kalau hanya Ramadhan saja, dan malas berusaha, ya sudah terima saja nasib jadi negara pecundang sejak jaman dulu sampai saat ini.

Saat ini hampir tidak ada yang bisa diandalkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Keimanan segitu-gitunya, takwa cuma di mulut, lalu determinasi perjuangan lemah, dosan musik, gemar joget-joget, konsumsi sangat tinggi, maniac produk Barat, seneng nonton TV, dll. Ya, dengan keadaan begini, kita mau dapat apa? Paling hanya dapat ampas saja. Iya kan, riil kan?

Islam Versi Mataram

Saat bicara tentang Islam Indonesia, kita perlu melihat ke belakang. Dulu waktu Majapahit runtuh, bangkitlah Kerajaan Islam di Demak Bintoro. Ini kerajaan yang baik, dengan segala kelebihan-kekurangan yang ada disana. Karya terbesar Demak selain merintis runtuhnya Majapahit adalah dengan mengirimkan Fatahillah rahimahullah untuk mengusir Portugis dari Jaya Karta. Selain itu Demak mengutus ekspedisi Adipati Yunus untuk membela Malaka menghadapi Portugis juga. Selama Kerajaan Islam didampingi para Wali (Wali Songo), Pemerintahan mereka berhaluan Islami. Anda harus mencatat, bahwa waktu itu para Wali sudah menghukum mati Syech Siti Jenar karena paham manunggaling kawula gusti. Kalau di jaman ini, para Wali rahimahumullah jami’an itu akan dituduh: Islam ekstrem, garis keras, militan, fundamentalis, puritan, tekstual, pro teroris, tidak “rahmatan li ‘alamin”, dan setumpuk omong kosong lainnya.

Tetapi Syariat Islam mulai mengalami kemunduran sejak Kerajaan Demak dipindah ke Pajang oleh Sultan Hadiwijaya. Dan yang paling tragis, dari Pajang dipindah ke Mataram oleh Panembahan Senapati. Nah, drama kehancuran Syariat Islam ada di tangan Panembahan Senapati ini. Islam yang semula sudah di pesisir dipindah ke tengah daratan (Mataram). Lebih celakanya, nama kerajaan yang diklaim “kerajaan Islam” itu memakai nama Mataram, sebuah nama seperti kerajaan Hindu di awal-awal sejarah kerajaan di Pulau Jawa. Mengapa harus memakai nama Mataram lagi? Itu kan pertanyaannya.

Kelak kerajaan Mataram itu terpecah dua menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Surakarta. Tetapi yang sangat layak diperhatikan adalah corak keislaman yang dibangun oleh Panembahan Senapati dan sultan-sultan keturunannya. Islam yang mereka bangun tidak murni tegak di atas Syariat Islam, tetapi dicampur dengan mistik dan penyembahan kepada jin, benda-benda pusaka, dan Nyai Roro Kidul. Para ahli menyebutnya sebagai sinkretisme, mencampur-baurkan Islam dengan ajaran paganisme non Islam.

Secara zhahir mereka beragama Islam, tetapi hatinya kafir, sebab berbuat musyrik kepada Allah. Namanya Muslim, menjalankan shalat, datang ke Masjid, membayar zakat, puasa Ramadhan, naik Haji, tetapi hatinya musyrik, masih menyembah Nyi Roro Kidul, menyembah Dewi Sri, menyembuh pusaka-pusaka keramat, percaya dukun, percaya ramalan, percaya hari baik hari sial, dsb. Rusak dan rusak sekali akidah mereka, hatinya hancur, Islam hanya bajunya, sementara hatinya kafir kepada Allah Ta’ala.

Padahal kemusyrikan seperti yang diajarkan di Kerajaan Mataram itu adalah kemusyrikan akbar yang mengeluarkan pelakunya dari pangkuan Islam. Mereka lebih buruk keadaannya daripada kaum musyrikin di Makkah di jaman Nabi Saw. Dalam Al Qur’an, “Sesungguhnya, siapa yang mensyirikkan Allah (dengan sesuatu sembahan lainnya), pasti Allah mengharamkan baginya syurga, dan tempat kembalinya adalah neraka.” (Al Maa’idah: 72).

Kalau Anda ditanya, bagaimana status keislaman orang-orang yang menyembah Nyi Roro Kidul, menyembah pusaka-pusaka keramat, menyembah benda-benda magis, menyembah sapu, jin, penunggu pohon, istana, gua, rumah tua, dsb. Jawab dengan tegas tidak usah ragu-ragu, “Kalau mereka telah tahu ilmunya, kalau mereka melakukan semua itu dengan sukarela, tidak dipaksa, maka hukumnya adalah:KAFIR! Mereka keluar dari Islam, meskipun sudah berhaji 350 kali.
Kita harus tegas menghadapi Islam versi Mataram ini, sebab hakikatnya ia bukan Islam, malah lebih buruk dari kemusyrikan kaum musyrikin di Makkah dulu. Kita jangan ragu-ragu, sebab keraguan itulah yang telah menjadikan keadaan kaum Muslimin selama ini hancur-lebur.

Islam Orang Indonesia

Kalau setiap Shalat Jum’at, Anda pasti sering mendengar para khatib mengatakan, “Marilah kita meningkatkan iman dan takwa kepada Allah!” Sering, sering kita mendengarnya. Jika iman dan takwa itu benar-benar dilakukan, rasanya mustahil bangsa Indonesia akan hidup berantakan seperti saat ini. Artinya, apa yang dikatakan oleh para khatib itu hanyalah bumbu-bumbu omongan, tidak ada realitasnya dalam kenyataan. Iman dan takwa only on theories.

Di Indonesia sendiri, banyak sekali Ummat Islam yang keislamannya sangat menyedihkan. Mereka mengaku Islam, tetapi banyak yang terjerumus dalam perbuatan kekufuran. Contohnya:
(-) Secara sengaja meninggalkan Shalat 5 Waktu, meninggalkan Puasa Ramadhan, meninggalkan kewajiban Zakat. Padahal di jamannya, Khalifah Abu Bakar sampai memerangi orang-orang yang mengingkari kewajiban Zakat.
(-) Tenggelam dalam usaha atau bisnis ribawi. Bukan hanya tenggelam, mereka mempertahankan, mengembangkan, malah antipati kepada usaha-usaha non ribawi. Katanya, “Usaha non ribawi itu nonsense.” Kata-kata seperti itu kan sama saja dengan mengatakan, riba itu halal. Seperti ucapan kaum Yahudi yang mengatakan bahwa riba sama dengan jual beli (sama halalnya).
(-) Membenci Hukum Islam, baik sedikit atau banyak. Aksi di Bali yang ditokohi oleh Si Hemas itu mencerminkan kenyataan ini. Dia mengaku Muslim, tidak berani menjadi kafir, tetapi menolak bahkan membenci nilai-nilai Islam (sekurangnya dalam soal pencegahan pornografi).
(-) Memerangi para pemuda Islam atau gerakan Islam yang bersungguh-sungguh ingin memperjuangkan Syariat Islam. Banyak sekali yang seperti ini. Bahkan ada di antara mereka, orang-orang yang pintar sekali agama, tahu dalil-dalil, pintar menukil kata-kata ulama Salaf, tetapi kerjanya merecoki terus usaha-usaha positif untuk menegakkan Syariat Islam. Mereka tidak berbuat apa-apa selain menghadang upaya gerakan Islam dalam menegakkan Syariat. Sudah begitu, mereka merasa paling dekat dengan pintu syurga. Ya Allah ya Aziz, jauh panggang dari api.
(-) Mencintai negara Indonesia di atas kecintaannya kepada Allah, Rasulullah, dan Islam. Ini kenyataan dan sangat banyak yang seperti ini. Bagaimana bisa, mereka setiap saat tidak segan-segan menghormat bendera Indonesia, tetapi disuruh shalat 5 waktu kedulnya minta ampun.
(-) Meyakini sebuah pemikiran pluralisme, bahwa semua agama itu benar. Nah, ini juga menghasilkan kekafiran yang nyata. Tidak diragukan lagi. Termasuk pemikiran-pemikiran liberal lain yang sangat menikam akidah Islam.
(-) Tidak merasa bersalah bekerja di lembaga, perusahaan, industri, kantor, atau apapun yang nyata-nyata mereka memusuhi Islam. Mereka mencari uang dari hasil memusuhi Islam. Hal ini juga merupakan kekafiran bagi pelakunya.
(-) Menyembah sesembahan-sesembahan selain Allah, seperti Nyi Roro Kidul, Dewi Sri, Sang Yang Widi, Roro Jonggrang, Bayu Bajra, ousaka keramat, kuburan keramat, penguasa lautan, penguasa gunung, penunggu pohon, dukun sakti, guru pendiri aliran silat, dsb. Semua ini adalah kekafiran besar yang bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam. Termasuk di dalamnya berbagai macam sihir, pemujaan, berserikat dengan setan, dan sebagainya.
(-) Sangat fanatik pada tokoh-tokoh tertentu, menghukumi sesuatu sesuai selera tokoh-tokoh itu. Halal atau haram di tangan tokoh itu. Sampai ada yang pernah demo dengan mengangkat tulisan, “Gus Dur tuhan kami!” Ya Allah, semua ini adalah kekafiran yang nyata.

Kalau dipikir-pikir, banyak orang Indonesia yang terjerumus dalam salah satu cabang kekafiran seperti di atas. Kalau ada yang bisa menyelamatkan, ia adalah kejahilan (karena mereka tidak tahu), terpaksa, atau mereka hanya ikut-ikutan, ikut lahirnya padahal ingkar di hatinya.

Dan sangat disayangkan, para pemuka-pemuka Muslim tidak berani berkata tegas dalam masalah seperti ini. Mereka takut berkata tegas, sebab khawatir urusan dunianya akan berantakan. Jadi, penyakit al wahn itu tidak hanya menimpa hati rakyat, juga para pemimpin Muslim itu. Padahal Al Qur’an sudah memberi nasehat sangat berharga, “Janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, maka akan Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kalian dan agar kalian mendapat petunjuk.” (Al Baqarah: 150).

Karena diam kita selama ini, Ummat Islam di hari ini menderita. Maka jangan diam lagi, sampaikan kebenaran apa adanya. Tidak perlu ragu-ragu. Siapa yang takut dunianya hancur karena membela al haq, tinggalkan saja mereka. Biarlah mereka bersembunyi memeluk dunianya. Padahal Allah berjanji akan membela dan menyempurnakan nikmat bagi hamba-hamba-Nya yang istiqamah. Ketakutan Anda tidak akan berdampak, selain membuat Anda sendiri menderita.

Tentu saja, mari kita IZH-HARUL HAQ, menampakkan kebenaran dalam rangka dakwah, bukan dengan metode kekerasan fisik. Mari tegakkan al haq, jangan ragu-ragu, tetapi hindari cara-cara kekerasan fisik, sebab hal itu akan mengundang fitnah yang besar. Ingat, dalam dakwah Nabi di Makkah, beliau mula-mula menegakkan kebenaran secara lisan, tidak dengan pedang.

Dominasi Islam Mataram

Sayangnya, Islam gaya Mataram di atas banyak dianut oleh bangsa Indonesia. Banyak sekali kaum Muslimin yang tidak ikhlas dalam menghadapkan wajahnya kepada Allah Ta’ala. Mereka mengaku Muslim, mengaku bersyahadat, tetapi akidahnya menyembah Nyi Roro Kidul, Dewi Sri, penjaga laut, penjaga gunung, penjaga danau, penjaga gua, dan seterusnya. Mereka lebih takut kepada berhala-berhala itu daripada rasa takutnya kepada Allah Ta’ala. Sejujurnya, masih banyak kaum Muslimin di Indonesia ini yang terjerumus kemusyrikan yang bisa berakibat mereka keluar dari Islam.

Islam Mataram hanya Islam di permukaan, hatinya kafir kepada Allah. Maka itu Anda akan saksikan ironi luar biasa dari kerajaan-kerajaan seperti Yogya, Surakarta, dll. Mereka tampak seperti kaum Muslimin, tetapi akidahnya telah digadaikan kepada kemusyrikan. Na’udzubillah wa na’udzubillah min dzalik.

Kondisi inilah yang telah menyebabkan bangsa Indonesia hidupnya sengsara, sejak dulu sampai saat ini. Bagaimana akan mulia, wong hidup di atas akidah kemusyrikan? Bahkan kemusyrikan itu menjadi “konsultan” para pemimpin. Setiap pemimpin butuh backing dari kekuatan ghaib, yang intinya setan, agar bisa bertahan dalam kepemimpinannya. Mulai dari jimat, dukun, paranormal, penasehat spiritual (dukun juga), merah delima, wangsit, hitungan primbon, dll. Semua itu kemusyrikan, hina di sisi Allah, hina pula di dunia dan di mata manusia.

Islam itu al haq, ia putih, bersih, nur dari langit. Sedangkan kemusyrikan itu kotor, hitam, hina, busuk, menetes dari liurnya Iblis laknatullah. Dua hal yang berbeda tidak boleh disatukan dalam satu wadah jiwa kita, bangsa Indonesia. Jika kita satukan, yang terjadi adalah kehancuran lahir batin, kekalahan dunia Akhirat, hakikat senestapa-nestapanya nasib manusia.

Perhatikan teguran Allah kepada Bani Israil ini: “Apakah kalian beriman kepada sebagian isi Al Kitab dan kafir terhadap sebagian yang lain? Tidaklah balasan terhadap siapa yang berbuat seperti itu, melainkan kehinaan dalam kehidupan dunia, dan kelak mereka akan dikembalikan (di Akhirat) ke dalam seberat-beratnya siksa.” (Al Baqarah: 85).

Lihatlah, mencampur adukkan nur ajaran Islam dengan kemusyrikan, tidaklah berakibat kecuali kehancuran dunia-Akhirat. Tidak ada pilihan lain. Saya teringat perkataan almarhum Sayyid Quthb, beliau pernah mengatakan, “Ambillah Islam ini seluruhnya, atau tinggalkan seluruhnya!” Bisa jadi, apa yang beliau katakan benar. Dalam Islam tidak boleh setengah-setengah (gray area), harus totalitas. Sikap “remang-remang”, apalagi sampai mencampur tauhid dengan syirik, itu menghancurkan sehancur-hancurnya.

Pantas saja, bangsa ini tidak pernah hidup secara manusiawi dan terhormat. Sejak dulu kita biasa memelihara kemusyrikan di hati-hati kita. Akibatnya, di dunia hina dan kelak di Akhirat sudah menanti, seberat-berat siksa. Na’udzubillah wa na’udzubillah min dzalik.

Masih mending bangsa India, China, atau Israel. Mereka jelas-jelas bukan negara Muslim, sehingga tidak berhak mendapat barakah dari Allah. Tetapi mereka total dalam kekafirannya, lalu bekerja mati-matian membangun kesejahteraan. Kalau mereka tidak ditolong karena iman dan takwa, mereka ditolong oleh hasil kerja mati-matiannya.

Adapun bangsa Indonesia, iman-takwa pas-pasan, etos kerja lelet, mentalitas korup, hobi konsumsi dan hiburan, lalu menyembah Nyi Roro Kidul, Dewi Sri, jin laut, jin gunung Kawi, dst. Ya, apa lagi yang bisa didapat? Pasti kehancuran, kehancuran, lalu kehancuran, sebelum nanti kehancuran yang lebih mengerikan di Akhirat. Na’udzubillah wa na’udzubillah min kulli dzalik.

Semua Teori Sia-sia

Kalau bicara teori, orang Indonesia jagonya. Ilmuwan kita pakarnya. Mulut mereka berbusa-busa kalau sudah disuruh bicara teori politik, hukum, ekonomi, dsb. Sampe-sampe, busa yang keluar dari mulut mereka bisa dikumpulkan, lalu ditampung dalam sebuah kolam renang, untuk dipakai berenang. Astaghfirullah al ‘azhim, astaghfirullah al ‘azhim, astaghfirullah.

Percuma kita bicara tentang teori setumpuk, sebelum berani menghadapi kenyataan ini secara jujur, secara ksatria, tidak perlu basa-basi lagi. Sejatinya, bangsa kita selama ini menderita karena bercokol kuatnya Islam versi Mataram itu. Zhahirnya Islam, tetapi batinnya Hindu. Nah, inilah penyebab utama kehancuran kondisi bangsa ini.

Negara-negara lain sangat berkepentingan memelihara semua kebejatan akidah itu, sebab selama ia menyebar merata di kepala dan dada kaum Muslimin, bangsa ini akan sangat mudah ditipu, ditipu, dan terus-menerus ditipu, sampai tidak tersisa lagi alasan untuk ditipu.

Maka dakwah Islam harus bangkit dengan semangat baru. Jangan takut berkata al haq, sebab hanya Allah yang layak ditakuti. Ucapkan kebenaran, tampakkan kebenaran, apapun resikonya. Inilah dakwah sebenarnya, jihad sebenarnya, sekaligus upaya sejati menyelamatkan bangsa Indonesia dari kehancuran hakiki di dunia dan Akhirat.

Hasbunallah wa nikmal Wakiil, nikmal Maula wa nikman Nashir. Wallahu a’lam bisshawaab.

Malang, 12 Oktober 2008.
Abu Muhammad Waskito At Thalibi.

BENCANA ALAM KERATON

http://www.topix.com/forum/world/malaysia/TK0N4JV3RJMF6L4SU/p24

Menurut mitologi (ilmu kemusyrikan) kaum Kejawen Yogya, yang berpusat di Kraton Yogya. Merapi dianggap sebagai titik Utara, lalu Pantai Selatan sebagai titik Selatan. Semua titik ini membangun “pertahanan kosmis” yang melindungi Yogya dari segala ancaman. Oleh karena itu, kaum musyrik di Yogya (meskipun KTP-nya tertulis Islam), selalu melakukan ritual untuk mencari ridha sang penunggu titik Utara dan titik Selatan. Ritual kemusyrikan itu rutin dilakukan setiap tahun.

Lalu, apa yang terjadi setelah semua ritual kemusyrikan dilakukan? Apakah Merapi diam? Apakah Merapi ramah? Ternyata, hukum alam tidak mengikuti sunnah kemusyrikan, tetapi mengikuti Sabda Rabbul ‘alamiin. Merapi mengamuk. Semakin musyrik orang-orang itu, Merapi menghantam lebih keras. Bisa jadi, suatu masa, jika kemusyrikan terus menyala-nyala, Yogyakarta akan dilamun tsunami dari Pantai Selatan. Semua ini hanya soal waktu saja. Lihatlah, kalau kaum musyrikin itu tidak mau bertaubat, tidak segera kembali ke agama yang benar, niscaya hukum alam (sunnatullah) akan menggulung rumah-rumah mereka, bisnis mereka, resort-resort mereka. Mari kita sama-sama menanti!

Cukuplah…Gempa Yogya dan Amukan Merapi menjadi nasehat berharga, bagi mereka, bagi bangsa Indonesia, dan bagi kita semua.

Bacalah:“Maka siapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman (bertauhid) kepada Allah, maka dia telah berpegang kepada tali agama Allah yang sangat kuat, yang tak akan putus selama-lamanya.”(Al Baqarah: 256).

Gunung Merapi adalah nasehat…Terserah Anda mau mengambil nasehat itu, atau mengabaikannya…

Sedekah Bumi Kasultanan: Baru Lebaran Sudah Kembali Musyrik

http://www.voa-islam.com/lintasberita/eramuslim/2011/08/31/15979/sedekah-bumi-kasultanan-baru-lebaran-sudah-kembali-musyrik/

Pasukan prajurit Keraton Yogyakarta melakukan gladi resik pengamanan upacara tradisional Grebeg Syawal di Keraton Yogyakarta, Kota Yogyakarta, beberapa hari lalu. Upacara tradisional Grebeg Syawal ini dilaksanakan untuk menyambut 1 Syawal 1432 Hijriah yang bertepatan dengan Idul Fitri 2011.
Setiap memasuki bulan Syawal, Kasultanan Ngayogyakarta mengadakan ritual sedekah bumi yang disebut dengan Grebeg Syawal.
Ritual Grebeg ini hanya diadakan setahun tiga kali. Grebeg pertama dilakukan saat Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai akhir dari pesta rakyat, Sekaten, disebut Grebeg Mulud.
Kedua, saat memasuki bulan Syawal, sebagai ungkapan terimakasih karena telah berhasil menjalankan ibadah puasa, disebut Grebeg Pasa atau Grebeg Syawal. Dan ketiga, pada tanggal 10 Dzulhijjah atau 10 Besar, yang dikenal sebagai Idul Adha, disebut Grebeg Besar.
Semua jenis Grebeg menampilkan Gunungan sebagai penampil utamanya. Gunungan adalah sesaji yang ditata menjadi bentuk kerucut, bahannya adalah sayur-mayur hasil bumi sebut saja, Kacang Panjang, Cabai, Telur, dll. Untuk Grebeg Pasa, Gunungan hanya dibuat satu buah, berbeda untuk Grebeg Mulud yang dibuat dua buah.
Gunungan ini kemudian diarak oleh para abdi dalem Keraton, dari bangsal Keraton menuju Masjid Agung Jogjakarta. Sesampainya di Masjid Agung, Gunungan ini kemudian diserbu oleh para rakyat yang telah menanti, untuk dipreteli. dan dibawa pulang, memang sayur-mayur itu dapat dengan mudah ditemui di pasar-pasar, namun segala hal yang berbau Keraton bagi rakyat Jogja yang masih teguh memegang tradisi adalah sesuatu yang keramat dan membawa rejeki. Istilahya adalah “Ngalap Berkah”.
Memang, tradisi ini tidak lepas dari masuknya pengaruh kemusyrikan-ala paganistik keraton di tanah Jawa. Mereka meyakini akan keberkahan dari prosesi ini. Hanya pada di ritual Grebeg inilah rakyat bisa menyaksikan prajurit keraton dari dekat, terutama saat mereka mengawal Gunungan.
Maka itu tidak heran umat muslim telah diwanti-wanti perihalnawaqidhul Iman (pembatal keimanan) oleh Rasulullah,"Bersegeralah beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam yang gelap gulita, seorang laki-laki di waktu pagi mukmin dan di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore beriman dan pagi menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan kesenangan dunia." (HR. Ahmad No. 8493). (pz/trib/wisma)

MEMINTA PERLINDUNGAN DAN MEMBERI SESAJI PADA JIN

Ibu Katsir menyampaikan dalam kitab tafsirnya bahwa pada mulanya Jin itu takut pada manusia, sebagaimana manusia sekarang ini takut pada jin. Apabila rombongan manusia berhenti disatu tempat maka para jin yang menghuni tempat itu berlarian ketakutan membubarkan diri. Mereka hanya berani mengamati dari jauh apa yang akan dilakukan oleh rombongan manusia itu.



Mereka tercengang ketika pemimpin  rombongan itu berseru:” Wahai penguasa lembah ini kami mohon perlindungan padamu dari berbagai bahaya dan kejahatan yang ada dilembah ini”. Mereka saling berbisik :” Lihatlah rupanya manusiapun takut pada kita sebagaimana kita takut pada mereka”. Akhirnya jin itupun mendekati manusia dan mulai berani mendatangkan berbagai gangguan pada mereka.
Diantara Jin itu ada yang berhasil masuk ketubuh salah seorang dari rombongan itu , kemudian dia mulai membual bahwa dialah penguasa daerah itu, ia akan melindungi rombongan tersebut  asalkan mau memberi tumbal atau korban berupa sesajen. Rombongan manusia itu percaya pada jin yang masuk ketubuh orang tersebut  dan mulai menuruti semua permintaan jin tersebut, mulai dari menyembelih ayam cemani, menamam kepala kerbau, menyuguhkan bunga tujuh rupa dan lain sebagainya. Inilah asal muasal munculnya berbagai ritual musyrik diseluruh pelosok bumi ini.
Di indonesia ritual musyrik seperti ini masih banyak kita dapati dalam rangka  minta keselamatan dan perlindungan dari jin penguasa suatu daerah. Ketika mau membangun rumah , jembatan atau bangunan lainnya diadakan upacara menaman kepala kerbau. Di Minang kabau ketika masih kecil  dulu saya melihat orang yang menyembelih ayam ketika akan membangun rumah kemudian darah ayam tersebut ditebar disekeliling rumah yang akan dibangun. Nelayan ditepi pantai juga sering memberikan sesaji ke laut agar tangkapannya banyak.
Jalan tertentu yang sering meminta korban kecelakaan juga tidak luput dari kegiatan musyrik ini. Berdasarkan informasi dari dukun, paranormal atau  beberapa orang yang kesurupan jin dilakukanlah ritual memberikan sesajen ditempat yang dianggap angker tersebut. Orang yang meminta tolong pada penguasa makam atau tempat keramat juga sering melakukan berbagai ritual musyrik. Perbuatan musyrik mempersekutukan Allah dengan sesuatu merupakan perbuatan yang amat dibenci dan dimurkai Allah sebagaimana disebutkan dalam surat An Nisa’ 116
 116. Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.  (An Nisa’ 116)

Allah mengancam para pelaku musyrik dengan neraka jahanam sebagaimana disebutkan dalam surat al bayyinah ayat 6
6. Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik  (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (Al Bayyinah 6)
Walaupun Allah membenci dan  mengancam para pelaku musyrik ini dengan neraka jahanam , perbuatan ini tetap saja marak dilakukan orang . Di Indonesia masih banyak daerah dan adat istiadat masyarakat yang  melakukan kegiatan atau ritual musyrik ini. Mereka memberikan persembahan berupa kurban hewan, sesaji , makanan , buah buahan bagi penguasa ghaib didaerah itu.
Beberapa kegiatan dan tradisi musyrik yang dilakukan masyarakat di Pulau jawa antara lain yang ditulis ustadz Abulfaruq Ayip Syafrudin di majalah Asyariah edisi 67 sebagai berikut :
Di desa Pendem kecamatan Sumberlawang, Sragen terdapat sebuah bukit yang disebut Gunung Kemukus. Malam jum’at Pon merupakan malam keramaian . . Manusia berdatangan ke Gunung Kemukus dalam rangka menjalani laku tirakat ngalap berkah di makam yang ada di tempat itu. Makam di perbukitan yang berada di tengah Waduk Kedungombo ini, konon merupakan makam Pangeran Samodra dan Nyai Ontrowulan. Ritual ngalap berkah di Gunung Kemukus diawali dengan prosesi penyucian di Sendang Ontrowulan. Setelah itu, dengan dipandu juru kunci, para peziarah dibimbing guna melakukan ritual sajen. Yaitu, menyerahkan uborampe (perlengkapan sajen) dalam bentuk sebungkus kembang telon, dupa ratus atau kemenyan, dan uang wajib. Dengan uborampe inilah juru kunci akan memohon kepada yang mbaurekso di Gunung Kemukus. (Sajen dan Ritual Orang Jawa, Wahyana Giri MC, hlm. 94—96)

 

Perilaku mistik lainnya juga dilakukan oleh sebagian masyarakat Yogyakarta, mereka melakukan acara labuhan yaitu sesaji ritual dengan tujuan untuk melestarikan hubungan yang telah lama terjalin antara pihak tertentu dengan kanjeng Ratu Kidul penguasa laut selatan. Sesaji untuk penguasa laut selatan diadakan di Parangkusumo. Sesaji diletakkan pada satu tempat yang disebut petilasan, yaitu tempat terjadinya pertemuan antara Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul yang memiliki patih bernama Nyai Rara Kidul. Antara Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul terjalin perjanjian di mana Kanjeng Ratu Kidul berjanji melindungi Panembahan Senopati beserta seluruh keturunannya.
Pelaksanaan doa dilakukan di tempat tersebut dan sesaji pun ditaruh di tempat itu. Juru kunci Parangkusumo mengucapkan, “Perkenankanlah saya, Kanjeng Ratu Kidul untuk menyampaikan sesaji Labuhan kepada Paduka, … untuk keselamatan hidup, kehormatan kerajaan, dan keselamatan rakyat serta negeri Ngayogyakarta Hadiningrat.” Setelah mengucapkan mantra, sesaji itu pun dibawa ke laut. Beberapa sesaji diempaskan ombak kembali ke pantai dan diperebutkan oleh masyarakat. Mereka berkeyakinan bahwa sesaji tersebut memiliki daya untuk memberikan keselamatan, kesehatan, dan kehidupan yang lebih baik bagi mereka yang mendapatkannya.
Upacara Labuhan lainnya juga dilakukan di Gunung Merapi, dan Gunung Lawu (Karanganyar, Jawa Tengah).  Ritual Labuhan lainnya dilaksanakan setiap tanggal 30 Rejeb (penanggalan Jawa). Upacara ritual ini banyak dikunjungi oleh orang guna ngalap berkah. Sesaji ditujukan kepada Eyang Kanjeng Pangeran Sapujagad, Pangeran Anom Suryangalam, Eyang Kyai Udononggo, Nyai Udononggo, dan Kyai Jurutaman. Tempat tinggal mereka ada di beberapa tempat di Merapi, seperti di Turgo, Plawangan, dan Wukir Rinenggo di dekat Selo. Upacara doa dilakukan di Kinahrejo, dipimpin oleh abdi dalem kraton, Mas Ngabehi Suraksohargo alias Mbah Maridjan. Sesaji diletakkan di satu tempat bernama Kendit, letaknya di lereng selatan Gunung Merapi. Uborampe (perlengkapan sesaji) terdiri dari kain, setagen, minyak wangi, kemenyan, dan lain-lain.
Ritual Labuhan lainnya dilakukan di Desa Nano, letaknya di lereng Gunung Lawu. Sesaji dikirim ke desa tersebut lalu dibawa oleh delapan orang penduduk asli daerah tersebut. Dipilihnya delapan orang dari penduduk asli daerah itu karena mereka memiliki hubungan spiritual dengan yang mbaurekso (penguasa) Gunung Lawu. (Upacara Tradisional Jawa Menggali Untaian Kearifan Lokal, Dr. Purwadi M. Hum, hlm. 75—78) Upacara ritual semacam yang dipaparkan di atas terjadi di mana-mana. Sebut saja upacara ritual Yudnya Kasada yang dilakukan masyarakat Tengger di kawasan Gunung Bromo, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Upacara ini dilakukan pada setiap purnama bulan Kasada. Upacara dilakukan menjelang fajar. Saat itulah, masyarakat Tengger (terkhusus yang menganut agama Hindu) mengangkut ongkek (wadah) berisi sesajen yang akan dilarung ke kawah Bromo. Uborampe sesajen ini berisi pisang, labu, cabai, jagung, dan hasil pertanian lainnya.

Di Pelabuhan Lorens Say, Maumere, masyarakat Nasrani di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, mengadakan upacara Parehoba, yaitu menyuguhkan sesajen berupa telur, arak, dan beras kepada penguasa laut dan roh leluhur. Mereka meminta keselamatan kepada penguasa laut dan roh leluhurnya.
Upacara sejenis terjadi di Kabupaten Subang, Jawa Barat, tepatnya di Muara Belanakan. Masyarakat nelayan di daerah ini melakukan ruwatan atau sedekah laut. Bentuknya dengan menyuguhkan sajen berupa kepala kerbau dan darahnya, serta makanan lainnya. Di Flores Tengah, kalangan Suku Lio juga mengadakan ritual semacam ini. Sesajen atau kuwiroe (menurut istilah masyarakat Suku Lio) adalah sebentuk ritual yang ditujukan kepada para dewa, roh, atau arwah nenek moyang. Tujuannya tentu saja dengan sebuah keyakinan bahwa dengan kuwiroe tersebut diharapkan arwah-arwah leluhur bisa memberi perlindungan hidup kepada mereka.
Itu hanya sebagian ritual musyrik yang dilakukan sebagaian masyarakat Indonesia, didaerah lain masih banyak hal serupa yang dilakukan masyarakat. Kadang kala mereka masih mencampurkan yang hak dan yang bathil, walaupun mereka sudah memeluk agama islam diantara mereka masih ada yang ikut ikutan melakukan ritual tersebut, karena menganggap itu merupakan  adat nenek moyang mereka yang perlu dilestarikan.
Pada dasarnya semua kegiatan ritual  yang dilakukan untuk yang mbaurekso atau penguasa ghaib pada suatu tempat termasuk perbuatan musyrik mempersekutukan Allah.  Disadari atau tidak mereka telah menyembah Jin, sebagaimana telah disebutkan Allah  dalam surat Saba ayat 40-41:
40. Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat: “Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?.” 41. Malaikat-malaikat itu menjawab: “Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu (Saba 40-41)
Pada tempat tertentu yang dianggap angker seperti jembatan, pintu air, makam keramat, petilasan , danau, waduk ,  masyarakat setempat juga sering melakukan ritual memberikan sesaji mohon keselamatan pada penguasa tempat itu. Biasanya ritual itu dilakukan atas permintaan jin yang berhasil masuk kedalam tubuh seseorang. Ketika terjadi kecelakaan yang meminta korban jiwa maka Jin penghuni tempat itu masuk kedalam tubuh orang yang lemah dan ia mulai membual, bahwa ialah yang menyebabkan semua itu.  Agar kejadian serupa tidak terjadi lagi ia minta agar diberikan sesaji berupa kepala kerbau, buah buahan atau sesajen lainnya. Masyarakat yang merasa takut kemudian memenuhi permintaan jin itu, maka terjadilah kegiatan ritual rutin seperti itu pada saat yang telah ditentukan oleh jin penguasa tempat itu. Jin merasa senang karena mereka berhasil mempedaya manusia yang katanya derajatnya lebih tinggi dari mereka.
Salah satu kegiatan ritual yang disebut sedekah bumi dilakukan oleh masyarakat setempat dengan menanam kepala kerbau di pintu air KO delapan  didesa Tirtamulya Karawang, dengan harapan yang mbaurekso akan mendatangkan kemakmuran bagi sawah mereka yang diairi dari pintu air tersebut. Team Dua Dunia dari Trans 7 yang dipimpin ustadz Hakim Bawazir berusaha mengungkap kegiatan ritual itu dengan mengajak berdialogh Jin yang menguasai tempat itu.
Jin penghuni pintu air itu merasa senang bahwa mereka telah berhasil mempedaya masyarakat disitu untuk melakukan semua kegiatan  ritual tersebut. Semua itu adalah perbuatan musyrik yang dilarang agama. Untuk jelasnya silahkan ikuti video dialog dengan jin pada video berikut dibawah ini.
Banyak masyarakat awam yang kurang pengetahuan agamanya melakukan ritual musyrik ini, mereka merasa itu adalah adat leluhur atau nenek moyang yang harus dilestarikan. Padahal semua itu merupakan kegiatan musyrik yang dilarang Allah. Tanpa disadari mereka sudah menjadi budak dari golongan Jin sebagimana disebutkan  dalam surat Saba’ ayat 41 diatas.