www.rumaysho.com
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
6 Kerusakan di Hari Valentine
Alhamdulillahilladzi
hamdan katsiron thoyyiban mubarokan fih kama yuhibbu robbuna wa yardho.
Allahumma sholli ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Banyak kalangan pasti
sudah mengenal hari valentine (bahasa Inggris: Valentine’s Day).
Hari tersebut dirayakan sebagai suatu perwujudan cinta kasih seseorang.
Perwujudan yang bukan hanya untuk sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta.
Namun, hari tersebut memiliki makna yang lebih luas lagi. Di antaranya kasih
sayang antara sesama, pasangan suami-istri, orang tua-anak, kakak-adik dan
lainnya. Sehingga valentine’s day biasa disebut pula dengan hari kasih sayang.
Valentine’s Day
berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno yang penuh dengan paganisme dan
kesyirikan.
Upacara Romawi Kuno itu
akhirnya dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day
atas inisiatif Paus Gelasius I. Jadi acara valentine menjadi ritual agama
Nashrani yang dirubah peringatannya menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan
dengan matinya St. Valentine.
Hari valentine juga
adalah hari penghormatan kepada tokoh nashrani yang dianggap sebagai pejuang
dan pembela cinta.
Pada perkembangannya
di zaman modern saat ini, perayaan valentine disamarkan dengan dihiasi nama
“hari kasih sayang”.
Sungguh ironis memang
kondisi umat Islam saat ini. Sebagian orang mungkin sudah mengetahui kenyataan
sejarah di atas. Seolah-olah mereka menutup mata dan menyatakan boleh-boleh
saja merayakan hari valentine yang cikal bakal sebenarnya adalah ritual
paganisme. Sudah sepatutnya kaum muslimin berpikir, tidak sepantasnya mereka
merayakan hari tersebut setelah jelas-jelas nyata bahwa ritual valentine adalah
ritual non muslim bahkan bermula dari ritual paganisme.
Kerusakan
Pertama: Merayakan Valentine Berarti
Meniru-niru Orang Kafir
Agama Islam telah
melarang kita meniru-niru orang kafir (baca: tasyabbuh). Larangan ini terdapat
dalam berbagai ayat, juga dapat ditemukan dalam beberapa sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hal ini juga merupakan kesepakatan para ulama
(baca: ijma’). Inilah yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam
kitab beliau Iqtidho’ Ash Shiroth Al Mustaqim (Ta’liq: Dr.
Nashir bin ‘Abdil Karim Al ‘Aql, terbitan Wizarotusy Syu’un Al Islamiyah).
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita menyelisihi orang Yahudi dan
Nashrani. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya
orang Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR. Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103) Hadits ini menunjukkan
kepada kita agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani secara umum dan di
antara bentuk menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban. (Iqtidho’,
1/185)
Dalam hadits lain,
Rasulullah menjelaskan secara umum supaya kita tidak meniru-niru orang kafir.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa
yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ [hal.
1/269] mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shohih sebagaiman dalam Irwa’ul Gholil no.
1269). Telah jelas di muka bahwa hari Valentine adalah perayaan paganisme, lalu
diadopsi menjadi ritual agama Nashrani. Merayakannya berarti telah meniru-niru
mereka.
Kerusakan
Kedua: Menghadiri Perayaan Orang
Kafir Bukan Ciri Orang Beriman
Allah Ta’ala sendiri
telah mencirikan sifat orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang yang
tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan ini berarti tidak
boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam valentine. Semoga ayat
berikut bisa menjadi renungan bagi kita semua.
Allah Ta’ala
berfirman,
“Dan
orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu
dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah,
mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]: 72)
Ibnul Jauziy
dalam Zaadul Masir mengatakan bahwa ada 8 pendapat mengenai
makna kalimat “tidak menyaksikan perbuatan zur”, pendapat yang ada ini tidaklah
saling bertentangan karena pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan
macam-macam perbuatan zur. Di antara pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak
menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik.
Inilah yang dikatakan oleh Ar Robi’ bin Anas.
Jadi, ayat di atas
adalah pujian untuk orang yang tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Jika
tidak menghadiri perayaan tersebut adalah suatu hal yang terpuji, maka ini
berarti melakukan perayaan tersebut adalah perbuatan yang sangat tercela dan
termasuk ‘aib (Lihat Iqtidho’, 1/483). Jadi, merayakan Valentine’s
Day bukanlah ciri orang beriman karena jelas-jelas hari tersebut bukanlah hari
raya umat Islam.
Kerusakan
Ketiga: Mengagungkan Sang Pejuang
Cinta Akan Berkumpul Bersamanya di Hari Kiamat Nanti
Jika orang mencintai
Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keutamaan berikut ini.
Dari Anas bin Malik,
beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam,
“Kapan terjadi
hari kiamat, wahai Rasulullah?”
Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata,
“Apa yang
telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”
Orang tersebut
menjawab,
“Aku tidaklah
mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa
dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”
Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata,
“(Kalau
begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain
di Shohih Bukhari, Anas mengatakan,
“Kami tidaklah
pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama
dengan orang yang engkau cintai).”
Anas pun mengatakan,
“Kalau begitu
aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku
berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun
aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”
Bandingkan, bagaimana
jika yang dicintai dan diagungkan adalah seorang tokoh Nashrani yang dianggap
sebagai pembela dan pejuang cinta di saat raja melarang menikahkan para pemuda.
Valentine-lah sebagai pahlawan dan pejuang ketika itu. Lihatlah sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas: “Kalau
begitu engkau bersama dengan orang yang engkau cintai”. Jika Anda seorang
muslim, manakah yang Anda pilih, dikumpulkan bersama orang-orang sholeh ataukah
bersama tokoh Nashrani yang jelas-jelas kafir?
Kerusakan
Keempat: Ucapan
Selamat Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan Maksiat
“Valentine”
sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang
Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus,
tuhan orang Romawi. (Dari berbagai sumber)
Oleh karena itu
disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi “To be my valentine
(Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang
Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan
makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.
Kami pun telah
kemukakan di awal bahwa hari valentine jelas-jelas adalah perayaan nashrani,
bahkan semula adalah ritual paganisme. Oleh karena itu, mengucapkan selamat
hari kasih sayang atau ucapan selamat dalam hari raya orang kafir lainnya
adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama (baca: ijma’
kaum muslimin), sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam
kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah (1/441, Asy Syamilah).
Beliaurahimahullah mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada
syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan
selamat natal atau selamat hari valentine, pen) adalah sesuatu yang diharamkan
berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin.
Kerusakan
Kelima: Hari Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat Berzina
Perayaan Valentine’s
Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran. Kalau di masa Romawi, sangat
terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa
Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang
ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana
seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara
legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam semangat
hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan
bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran,
bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, bahkan hubungan seksual di luar nikah
di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah
ungkapan rasa kasih sayang. Na’udzu billah min dzalik.
Padahal mendekati zina
saja haram, apalagi melakukannya. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan janganlah
kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji.
Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’ [17]:
32)
Kerusakan
Keenam: Meniru Perbuatan Setan
Menjelang hari
Valentine-lah berbagai ragam coklat, bunga, hadiah, kado dan souvenir laku
keras. Berapa banyak duit yang dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal
sebenarnya harta tersebut masih bisa dibelanjakan untuk keperluan lain yang
lebih bermanfaat atau malah bisa disedekahkan pada orang yang membutuhkan agar
berbuah pahala. Namun, hawa nafsu berkehendak lain. Perbuatan setan lebih
senang untuk diikuti daripada hal lainnya. Itulah pemborosan yang dilakukan
ketika itu mungkin bisa bermilyar-milyar rupiah dihabiskan ketika itu oleh
seluruh penduduk Indonesia, hanya demi merayakan hari Valentine. Tidakkah
mereka memperhatikan firman Allah,
“Dan janganlah
kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27). Maksudnya adalah mereka menyerupai setan
dalam hal ini. Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir
(pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.” (Lihat Tafsir
Al Qur’an Al ‘Azhim)
Penutup
Itulah sebagian
kerusakan yang ada di hari valentine, mulai dari paganisme, kesyirikan, ritual
Nashrani, perzinaan dan pemborosan. Sebenarnya, cinta dan kasih sayang yang
diagung-agungkan di hari tersebut adalah sesuatu yang semu yang akan merusak
akhlak dan norma-norma agama. Perlu diketahui pula bahwa Valentine’s Day bukan
hanya diingkari oleh pemuka Islam melainkan juga oleh agama lainnya.
Sebagaimana berita yang kami peroleh dari internet bahwa hari Valentine juga
diingkari di India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu. Alasannya, karena
hari valentine dapat merusak tatanan nilai dan norma kehidupan bermasyarakat.
Kami katakan: “Hanya orang yang tertutup hatinya dan mempertuhankan hawa nafsu
saja yang enggan menerima kebenaran.”
Oleh karena itu, kami
ingatkan agar kaum muslimin tidak ikut-ikutan merayakan hari Valentine, tidak
boleh mengucapkan selamat hari Valentine, juga tidak boleh membantu
menyemarakkan acara ini dengan jual beli, mengirim kartu, mencetak, dan
mensponsori acara tersebut karena ini termasuk tolong menolong dalam dosa dan
kemaksiatan. Ingatlah, Setiap orang haruslah takut pada kemurkaan Allah Ta’ala.
Semoga tulisan ini dapat tersebar pada kaum muslimin yang lainnya yang belum
mengetahui. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada kita semua.
Alhamdulillahilladzi
bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shollallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa
‘ala alihi wa shohbihi wa sallam